Minggu, 28 Desember 2014


1. Orang alim itu hendaklah bersifat sabar.

2. Lazumul Halim, yakni bersifat halim, tidak cepat marah.

3. Duduk dengan wibawa dengan kepala menunduk.

4. Tidak takabbur dan sombong kepada seluruh hamba Allah kecuali kepada orang zalim untuk mencegah kezalimannya.

5. Tawadhu', merendah diri dalam majelis orang banyak.

6. Tidak bergurau.

7. Kasih sayang kepada murid dan lemah lembut baik perbuatan dan ucapan.

8. Menanti dan mengoreksi dengan sabar atas pertanyaan orang bodoh atau sulit dinasehati.

9. Memperbaiki dan membetulkan orang bebal atau bodoh dengan menunjukkan jalan kebajikan serta jalan yang benar, tidak marah atau menggertak orang yang baru belajar.

10. Jangan malu untuk berkata tidak tahu atau mengucap wallahu a'lam bila masih ragu atas jawaban suatu masalah yang beltm jelas persoalannya.

11. Serius dalam menanggapi pertanyaan tentang permasalahan yang menuntut jawaban agar ia menjadi faham.

12. Menerima dalil yang membenarkan perkataan orang atau murid, dan jangan sampai menolaknya karena malu kepada orang banyak, sebab mengikuti kebenaran adalah wajib, sekalipun kebenaran itu dari orang di bawah kita.

13. Mengikuti kebenaran dan kembali kepadanya jika suatu saat mengalami kesalahan.

14. Mencegah orang yang akan mempelajari ilmu yang memberi mudharat.

15. Mencegah orang yang belajar ilmu bukan untuk mencari keridhoan Allah.

16. Mencegah orang yang ingin belajar ilmu fardhu kifayah, akan tetapi mengajari ilmu yang fardhu ain terlebih dahulu, karena ilmu yang fardhu ain itu dapat memberbaiki lahiriah dan batiniyah dengan ketakwaan.

17. Mengamalkan ilmunya agar diikuti oleh murid baik perbuatan atau perkataan.

Adab Orang Yang Belajar Kepada Gurunya.

Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali di dalam kitab Bidayatul Hidayah mengatakan ada sebelas perkara adab murid terhadap guru, yaitu :

1. Bila bertemu guru, hendaklah mendahulukan memberi salam dan minta izin masuk.

2. Jangan banyak bicara di depan guru.

3. Jangan berkata sesuatu yang tidak ditanya oleh guru.

4. Jangan bertanya kepada guru melainkan minta izin terlebih dahulu.

5. Jangan menyangkal perkataan guru dengan mengatakan si fulan berbeda dengan perkataanmu.

6. Tidak menyanggah pendapat guru bila berbeda denganmu, sehingga menjatuhkan martabatnya dan mengurangi barokah.

7. Jangan berbisik dengan orang dimuka guru.

8. Jangan menoleh ke kanan dan ke kiri di muka guru, tetapi duduk sambil menundukkan pandangannya dengan tenang dan sopan seakan-akan ia di dalam shalat.

9. Jangan memperbanyak pertanyaan kepada guru saat ia lelah atau susah.

10. Apabila guru berdiri, maka murid pun berdiri untuk menghormatinya. Tidak bertanya di jalan, tetapi tunggulah sampai ia tiba di rumahnya atau tempat duduknya.

11. Jangan berburuk sangka kepada guru bila melihat perbuatanya berlainan dengan i'tikadnya, atau berlainan dengan perbuatanmu, karena guru lebih mengetahui rahasia-rahasianya seperti hikayat nabi Musa dan nabi Khidir (Balya' Ibnu Mulkan). Dimana Nabi Khidir merusak sampan yang dinaiki, membetulkan rumah orang lain tanpa meminta imbalan, membunuh anak kecil yang kenyataanya menyalahi syariat. Oleh sebab itu, nabi Musa ingkar kepadanya, namun hakekatnya tidak menyalahi aspek batin dan syariat, dan akhirnya nabi Musa juga membenarkan nabi Khidir.

sumber : Habib Hud Alatas dan follow : @habibhudalatas

Simak di: http://www.sarkub.com/2014/ringkasan-adab-orang-berilmualim/#ixzz3NCPFQs26 Powered by Menyansoft Follow us: @T_sarkubiyah on Twitter | Sarkub.Center on Facebook

Minggu, 21 Desember 2014


Rasululullah SAW bersabda:

"Barang siapa mendengarkan satu ayat dari kitabullah (Al Qur'an), maka dituliskan baginya satu kebajikan yang pahalanya dilipatgandakan. Dan barang siapa membaca satu ayat, maka ayat tersebut akan menjadi cahaya baginya kelak di hari kiamat." (HR. Ahmad)

Dalam sunan Darimi disebutkan bahwa Abi Qilabah berkata:

"Barang siapa menghadiri awal pembacaan Al Qur'an, dia seakan-akan menghadiri sebuah kemenangan peperangan di jalan Allah. Dan barang siapa menghadiri khatmul Qur'an, maka seakan-akan dia menghadiri pembagian harta rampasan perang ketika dibagikan." wallahu a'lam,


Setiap Mukmin percaya dan yakin bahwa seseorang yang membaca Al-Qur'an meskipun tidak memahami arti dan maknanya telah melakukan ibadah yang mendatangkan banyak pahala serta mengantarjan pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa membaca satu huruf yang terdapat dalam kitabullah (Al-Qur'an), maka dia memperoleh satu hasanah (kebaikan) dan setiap kebaikan pahalanya dilipat gandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim satu huruf, akan tetapi alif merupakan satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. Tirmidzi) Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah SWT berkata: Barang siapa sibuk membaca Al-Qur'an sehingga tidak sempat meminta dan berdzikir kepada-Ku, maka Aku akan memberinya sesuatu yang lebih baik dari pahala orang-orang yang memohon (kepada-Ku)." (HR. Tirmidzi)


Apa pengertian kalimat, “Siapa mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya.” Pengertian kalimat “Siapa mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya” yang tersebut dalam Atsar, ialah mengenal diri sendiri merupakan salah satu cara mengenal Allah swt. apabila manusia seperti kita merenungi kelemahan dirinya, keterbatasannya, kebutuhannya dan ketidakberdayaannya mengambil kemanfaatan untuk dirinya serta menghindarkan bahaya darinya, maka ia akan mengetahui ia mempunyai Tuhan dan Pencipta yang mandiri dalam menciptakannya, mandiri dalam membantunya, mengatur dan mengendali-kannya, kemudian ia sadar bahwa ia hanyalah seorang hamba yang serta terbatas dan semua persoalanna di tangan lainnya, yang tiada lain adalah Allah, Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana. Demikian juga halnya manusia jika mau berfikir tentang permulaan penciptaannya; ia asalnya tidak ada, lalu diwujudkan oleh Allah swt. dengan kemurahan-Nya, Allah menciptakannya dari setetes air hina dan nuthfah (zigot) yang busuk, kemudian membentuknya, membuka pendengaran dan penglihatannya hingga menjadikannya dalam bentuk yang sangat baik, memperindahnya dengan sifat-sifat mulia dan derajat-derajat yang tinggi baik bersifat keagamaan maupun keduniawian. Allah swt. telah berfirman: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” “Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. al-Mu’minun: 12-14). (Ajwibat al Ghaliyah fii Aqidah al Firqat an Najiyah, al Habib Zain bin Smith) Simak di: http://www.sarkub.com/2012/siapa-mengenal-dirinya-maka-akan-mengenal-tuhannya/#ixzz3MY3rZhFy Powered by Menyansoft Follow us: @T_sarkubiyah on Twitter | Sarkub.Center on Facebook

Blog Archive

Social Icons

About Me : Herdiansyah Hamzah

Foto Saya
Didit
Selamat datang di blog saya, :)
Lihat profil lengkapku

Followers

Featured Posts

TEMAN

Blogger templates

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Postingan Populer

Popular Posts